Sejarah Komet Halley

komet halleyDALAM setiap abad ada banyak komet ditemukan, hadir dengan cahaya yang lebih terang dan spektakuler. Namun, dari sekian banyak komet yang pernah tercatat dalam sejarah kehidupan umat manusia, hanya komet Halley yang melegenda, paling sering diingat, dan dibicarakan orang. Ya, Halley, komet periode pendek yang melakukan “penampakan” setiap 75 atau 76 tahun sekali. Hanya saja, sebelum abad ke-17, komet tersebut tidak dikenali sebagai objek yang sama saat ia muncul pada periode kemunculan berikutnya. Berkat jasa Edmond Halley-lah kita kemudian mengetahui perilaku kemunculan komet tersebut.
Edmond Halley, astronom dan matematikawan Inggris, adalah orang pertama yang mempelajari komet tersebut dan kemudian percaya bahwa komet tersebut adalah komet periodik, yang datang tiap beberapa tahun. Ia melakukan pengamatan terhadap komet tersebut pada tahun 1682. Setelah yakin bahwa objek yang diamati memiliki kesamaan dengan dua komet yang diamati Petrus Apianus pada tahun 1531 dan yang diamati Johannes Kepler di Praha pada 1607, Halley kemudian berkesimpulan bahwa tiga komet tersebut adalah objek yang sama dan akan selalu muncul tiap 76 tahun

Bakat luar biasa Halley sudah terlihat sejak ia masih kanak-kanak. Halley lahir tanggal 8 November 1656, dari sebuah keluarga kaya raya di Haggerston, Shoredith, dekat London, Inggris. Ayahnya, yang bernama sama dengannya, Edmond Halley, adalah seorang pengusaha pembuat sabun dan menjual produknya ke seluruh Eropa. Namun, pada saat Halley berusia 10 tahun, ayahnya jatuh bangkrut menyusul terjadinya kebakaran besar yang menghanguskan harta benda milik mereka. Meski demikian, sang ayah tetap berusaha memberi pendidikan terbaik kepada anaknya dengan menyekolahkan Halley ke sekolah pilihan, St. Paul. Saat di sekolah inilah Halley memperlihatkan bakatnya yang luar biasa, memiliki kemampuan sama hebatnya untuk musik klasik dan matematika, mengobservasi perubahan dalam variasi kompas dan mempelajari benda-benda antariksa.

komet halleyPada usianya 17 tahun, Halley masuk ke Queen’s College Oxford (1673). Ketika masuk, Halley seolah sudah mempersiapkan diri sebagai seorang pakar astronomi dengan sejumlah peralatan yang memadai yang dibeli oleh ayahnya. Ia mulai bekerja dengan John Flamsteed pada 1675, seorang astronom Royal Society London, yang membantunya dengan berbagai pengamatan. Dalam kertas kerjanya yang dipublikasikan di the Philosophical Transaction of the Royal Society pada 1675, John Flamsteed memperkenalkan Edmon Halley, seorang anak muda penuh bakat dari Oxford, yang hadir pada berbagai pengamatan dan membantu Flamsteed secara hati-hati dalam banyak kegiatan pengamatan.

Halley membuat pengamatan penting di Oxford, termasuk terjadinya gerhana Mars oleh Bulan pada 21 Agustus 1676 yang dipublikasikan di Philosophical Transactions of the Royal Society. Namun, ia menghentikan pendidikan pada November 1676 dan berlayar ke Pulau St. Helena, wilayah di sebelah selatan ekuator. Kepergiannya ke St. Elena tampaknya terkait dengan pembukaan Royal Observatory di Greenwich pada tahun 1675. Saat itu, Flamsteed mendapat tugas melakukan pemetaan mengenai bintang-bintang di bumi belahan selatan dan Halley diputuskan melengkapi program tersebut dengan tugas yang harusnya dikerjakan John Flamsteed.

Sayangnya, tugas tersebut tidak didukung pendanaan yang memadai. Halley hanya mendapat dukungan dari sang ayah dan dari sedikit orang yang disurati oleh Raja Charles II di East India Company agar mebantu Halley dan koleganya di St. Elena. Orang penting lainnya yang mendukung Halley adalah Brouncker, Presiden the Royal Society dan Jonas Moore yang sangat berpengaruh dalam pendirian the Royal Observatory di Greenwich. Meski menghadapi berbagai kendala selama di St. Elena, namun setelah bekerja selama 18 bulan Halley berhasil menyusun daftar 341 bintang di belahan selatan ekuator dan menemukan gugusan bintang pada rasi Centaurus.

Halley kembali ke Inggris pada 1678 dan memublikasikan daftar bintang di bumi belahan selatan. Meski tidak menamatkan sekolahnya di Oxford, Halley mampu membawa dirinya dalam reputasi sebagai salah satu astronom berpengaruh. Berbagai penghargaan pun dengan cepat datang padanya. Bahkan ia bisa lulus di Universitas Oxford pada 3 Desember 1678 tanpa harus melewati ujian. Ia lulus atas maklumat dan perintah dari Raja Charles II. Ia juga terpilih menjadi anggota Royal Society pada 30 November 1678, pada usia 22 tahun sehingga menjadikannya sebagai anggota termuda. Pada tahun 1720 Halley berhasil menggantikan John Flamsteed sebagai astronom Royal Society, satu posisi ia pegang hingga kematiannya.

Dari sisi pencapaian, ia cukup spektakuler. Bayangkan saja, di usianya yang relatif muda, 26 tahun, ia sudah berani mengambil kesimpulan ada satu komet yang datang secara periodik setiap 76 tahun. Saat itu Halley sudah menjadi anggota Royal Society Kerajaan Inggris, sebuah institusi prestisius di bidang ilmiah yang di dalamnya duduk para jenius dari berbagai bidang keilmuan. Umumnya anggota Royal Society adalah para ilmuwan yang sudah berumur, sehingga keanggotaan Halley di usia yang demikian belia merupakan prestasi tersendiri. Karena prestasinya itulah, Halley kemudian menjadi sangat terkenal dan mencapai kemashuran.

Namun, kemashuran yang dicapai dengan relatif cepat dan mudah itulah yang kemudian justru mendorong Halley masuk dalam sebuah “intrik” dan rivalitas dengan senior dan mentornya, Flamsteed. Flamsteed yang dikenal sebagai astronom Royal Society berkali-kali menyerang Halley.

Demikian pula sebaliknya, Halley yang sebelumnya cenderung menghindar, menyerang balik dengan menyebut Flamsteed sebagai ilmuwan yang melempem, introvert, dan kehilangan rasa social. Karena kedekatannya dengan Sir Issac Newton, Halley juga harus terlibat kontroversi dengan Leibniz, matematikawan Jerman, dalam menentukan siapa sebenarnya penemu kalkulus, Newton atau Leibniz. Halley dikenal sangat dekat dengan Issac Newton.

Sejak tahun 1696 Halley secara hati-hati melakukan studi terhadap orbit komet. Menurut Newton, orbit komet berbentuk parabola, namun Halley percaya orbit eliptikal bisa saja terjadi. Dengan menggunakan teorinya mengenai orbit komet, Halley menghitung bahwa komet yang muncul tahun 1682 (sekarang disebut komet Halley) adalah komet periodic dan objek yang sama sebagai komet yang muncul pada tahun 1531 dan 1607. Lalu, ia juga mengidentifikasi komet ini sebagai komet yang sama muncul pada 1305, 1380, dan 1456. Pada tahun 1705 ia memublikasikan prediksinya dalam Synopsis Astronomia Cometicae bahwa komet tersebut akan kembali muncul setiap 76 tahun, seraya menyebutkan bahwa komet diperkirakan akan muncul kembali pada Desember 1758.

Perhitungan yang dilakukan Halley jelas bukan pekerjaan yang mudah karena ia harus mempertimbangkan terlebih dahulu gangguan orbit oleh planet Jupiter. Meski Halley tidak sempat menyaksikan komet yang sudah ia prediksi kemunculannya karena ia meninggal pada tanggal 25 Januari 1742, namun ia kemudian mencapai ketenaran abadi ketika komet tersebut teramati pada tanggal 25 Desember 1758. Sebuah pencapaian yang melebihi apa yang diharapkan oleh Halley sendiri. Edmond Halley termasuk salah satu astronom yang mashur. Meski jasadnya sudah terbujur kaku di Gereja St. Margaret di Lee, sebelah tenggara Kota London, namanya akan dikenang sepanjang masa. (T. Ali Taufik, S.T./dari berbagai sumber)

Posting Komentar

0 Komentar